Kamis, 17 Maret 2011

Surat untuk alarm pagi

setiap hari ketika mentari belum membangunkanku dari tidurku, kau telah lebih dahulu
mengusik tdurku dengan sapaan sederhana yang indah. sapaan tanpa senyum tentunya.
tapi tak apa, karena sebuah teguran dipagi yang sepi lebih berarti bagiku dari pada
aku diam dan tidak berbuat apa-apa.

pernahkah kau bayangkan atau setidaknya terpikirkan olehmu?
betapa hebatnya dirimu...
kau yang memecah bebatuan angkuh yang bersemayam didalam diriku.
kau yang menyirami kemarau cinta yang melanda hatiku bermusim-musim tak berselang.
kau yang menghadirkan kembali kepercayaan diriku yang tak pernah datang sejak sekian lama.
sungguh hebat..sungguh luar biasa.

kuberi lahan kosong, kau tanami dengan pepohonan yang rindang.
kuberi kolam kosong, kau isi dengan air yang jernih.
kuberi lemari kosong, kau isi dengan buku-buku yang penuh ilmu pengetahuan..

ketika aku berikan hatiku yang kosong kuingin kau tanaminya dengan benih cinta terbaik
yang datang dari relung hati terbaik yang hanya ada dihatimu

Minggu, 06 Maret 2011

Untitled

Makasih bgt yaa..Lo udah ngisi waktu2 gw dgn canda tawa yg gk kenal lelah. Lo uda buat gw ngerasa lebih baik. Lo uda numbuhin rasa percaya diri gw yg uda lama mati. Lo jga uda ngejaga rasa humor gw yang tadinya uda mulai basi. Lo uda ngsih gw pelajaran yg brharga bgt. Karena lo, gw jadi tau, bahwa cinta itu tanpa pamrih. Tenang aja, lo g usah ngerasa brsalah. Dari dulu gw cuma ingin kita itu selalu brkomunikasi. Gw cm ingn tau kabar lo dari hari kehari, krn gw ingn masti2n lo slalu dlam keadaan baik, bahkan gw slalu berharap menjadi lebih baik setiap harinya.
Mngkin lo msh nganggap gw slalu menunggu dan berharap. Tapi please buang jauh2 pikiran itu. Mngkin lo srg liat gw jealous krn lo dket sama orang2 yang gak jelas, tapi itu semua tk lepas dr kekhawatiran gw. krn gw takut lo pnya temen2 yg gak baik, gw ga mau lo kenapa2. Gw gk mau lo lupa dengan prioritas utama lo sebgagai pelajar. Sekrang, tgas lo itu cuma belajar. Jangan terlalu mikirn cinta apalagi ampe ngrusak knsentrasi dn mood belajar lo. Itu yang penting...
hmm kyanya skrg lo uda gk butuh gw lagi, gak kya dulu2 mungkin. Toh lo uda ada yg merhati2n dr waktu ke waktu. Jaga diri baik2 yaaaaa...jgn srg2 buang waktu..gw gak mngkin lagi ngingtn lo tiap hari kya dlu. sbenrnya gw sedih bgt hrs ngjalanin ini. tapi apa boleh buat, gw gak kan mkirin akbt buruknya bt gw, daripada lo yang kena akibat buruk itu, lebih baik gw yang aja ngrasainnya..
good luck ya...
Kalau ada apa2 kabarin gw, gw selalu ada jika lo msh ngbutuhn gw...

Kamis, 03 Maret 2011

Malam ku lebih panjang daripada siang


Malam ini tetap menjadi malam yang gelap
Hanya cahaya yang dapat menjauhkanku dari kesendirian
Aku ditemani bintang yang berpijar
Dan terkadang bulan yang malu bersinar
Bahkan silauan lampu jalan turut menemani malam ku yang selalu sepi
Namun, itu tidaklah cukup
Malam tetaplah gelap
Karena malam adalah akibat
Dia adalah ruang yang terabaikan
Tidak selamanya matahari menjadi miliknya
Karena dua belahan dunia harus saling berbagi cahayanya
Aku ibarat salah satu belahan dunia
Hidupku hampir selalu malam
Sunnguh tidak seimbang
Aku semakin kurang cahaya
Matahari itu tidak menjadi milikku sepenuhnya
Harus berbagi, namun tidak cukup terbagi
Bagiku malam selalu menjadi panjang
Aku selalu menunggu.....
Hingga siang kembali datang


Senin, 28 Februari 2011

3B (Bukan Bocah Biasa) part 2

Tanpa kusadari setahun sudah waktu beranjak. Siapapun pasti ingin perubahan. Tidak terkecuali dia. Tidak kurang dari 100 orang yang mendoakannya di setiap awal tahun. Ya, bocah itu, eh maksudku gadis itu berulang tahun pada 3 Januari. Mulai dari keluarga, kerabat dekat, sahabat, teman, kenalan, bahkan orang yang sok kenal pun tak henti2nya menghiasi wall facebooknya. Ucapan itu tidak hanya datang dihari dia berulang tahun, tapi berlarut hingga berhari-hari. Hmm aku tidak heran mengapa begitu banyak yang memperhatikan dia. Sosoknya yang ramah membuat dia begitu digemari. Tidak hanya itu, parasnya yang elok juga membuat banyak laki-laki tidak akan ragu untuk menjadikannya teman bahkan lebih dari itu.
                         Gadis itu memang ramah. Hampir semua orang yang ingin berteman dengannya dilayani dengan baik, meskipun terkadang asal usulnya tidak jelas. Sikapnya seperti itulah yang membuat facebooknya tidak pernah sepi. Ibarat pasar yang tak pernah sepi pengunjung, hari-harinya sekarang menjadi lebih ramai. Belum lagi perhatian dari sang kekasih yang selalu mengawasinya dari kejauhan. Keramahan ini sering kali disalah artikan. Beberapa teman facebooknya begitu berani mengumbar kata cinta, mereka mengobral kata sayang begitu saja. Seolah gadis itu adalah satu-satunya opsi pilihan yang tersisa. Tapi apalah arti itu baginya, itu cuma kata-kata, hanya beberapa huruf yang keluar sebagai ungkapan belaka. Dia tidak begitu memikirkannya dan menganggap sebagai angin lalu. Aku tau tentang itu karena aku selalu mengawasinya. Aku tidak tau apakah dia merasa diawasi atau tidak. Yang penting aku tidak terlalu khawatir dengan keramahan nya yang disalah artikan. Karena dia adalah orang yang punya pendirian, punya pertimbangan yang matang, dan selalu menghormati janji-janji yang pernah dibuat. Sungguh aku kagum dengan sifat itu.
                        31 Januari 2011, Aku mendapat kesempatan untuk bertemu dengannya. Aku datang untuk berlibur dan melepas pikiran dari rasa lelah. Ditemani seorang sahabat, aku pun berangkat meninggalkan tanah air menuju tanah kelahiran gadis itu. Perjalanan itu terasa begitu singkat. Belum sempat kupejam mata untuk beristirahat, pramugari pesawat itu sudah mengisyaratkan untuk mendarat. Kami pun berhasil mendarat dengan selamat. Alhamdulillah. Ini adalah perjalanan pertamaku ke luar negeri tanpa ditemani orang yang berpengalaman. Begitupun dengan sobatku, kami sama-sama menjalani penerbangan perdana. Rasa takut yang berlebihan selalu saja menghantui pikiranku. Entah kenapa aku selalu membayangkan bagaimana jika pasporku hilang, pasti aku akan ditangkap kemudian dipenjara, atau dipulangkan dengan paksa. huuh, ada-ada saja temanku itu. Dia selalu menakut-nakutiku dengan kata-kata itu. Wajar saja aku takut, karena aku termasuk orang yang ceroboh. Bagaimana tidak, aku pernah kehilangan 1 unit tas di bandara 2 tahun lalu. Suasana bandara yang ramai membuatku konsentrasiku sedikit kacau, aku kehilangan fokus dan menjelma menjadi orang yang pelupa. Setelah melewati proses pemeriksaan di imigrasi akhirnya kami keluar dan dua gadis cantik sudah menunggu kami dari kejauhan. Perasaanku melihat dia masih biasa-biasa saja, tidak ada rasa gugup atau malu-malu. Meskipun sedikit canggung, aku mulai membiasakan diri dengannya. Ku beranikan diri untuk memulai pembicaraan. Sesekali kugoda dia dengan kata-kata yang usil. Hingga akhirnya suasana menjadi cair, dan tidak ada lagi situasi dingin seperti beberapa bulan silam ketika kami bertemu di rumahku. 
                        Sungguh menjadi kehormatan bagiku bisa menumpang tidur dirumahnya. Apalagi kedatangan kami disambut baik oleh keluarganya. Dengan sedikit waktu tersisa kami dipersilahkan untuk beristirahat hingga pagi datang. Aku masih tidak bisa membayangkan malam itu aku berada satu rumah dengan gadis yang selama ini hanya kujumpai di dunia maya. Tentu saja kesempatan langka ini tidak akan kusia-siakan begitu saja. Aku akan menjalani beberapa hari dengannya. Dimanapun itu kami akan selalu bersama dan aku akan memperlakukannya dengan baik. Tugasku hanya membuat hari liburnya tidak sia-sia dan merasa lebih baik dengan kehadiranku bersamanya.
                        Selama ini aku merasakan kehadirannya sebagai seorang keponakan yang penuh perhatian. Hingga aku pun menyimpan kepedulian terhadapnya. Aku ingin kelak dia tumbuh menjadi pribadi yang jenius dan ahli dibidang yang dia sukai. Setauku dia adalah pengagum dunia sastra. Pilihannya tidak salah karena dia memang memiliki bakat dibidang itu.
                        Liburan pertamaku dengannya mengungkap banyak rahasia yang selama ini tak pernah kusadari. Sikapnya yang manja membuat hatiku tersentuh. Hampir disetiap kesempatan dia selalu menidurkan kepalanya dibahuku. Hampir disepanjang jalan dia ada disampingku. Bahkan dia adalah orang yang menemaniku ketika aku menyaksikan pertandingan tim kesayangku di layar kaca. Aku melihatnya sebagai sosok yang setia. Ya selama disana aku merasakan dia begitu menyayangiku sebagai seorang paman. Aku jadi merasa bersalah karena aku tidak pernah menganggapnya sebagai keponakan kesayangan. Aku menyesal karena ternyata dia jauh lebih pantas disebut sebagai keponakan kesayangan.
                        Aku jadi teringat bagaimana dia tidur begitu pulas dipangkuanku. Bahkan aku tidak bisa bebas bergerak karenanya. Sungguh hatiku mulai berdebar ketika itu. Sebelumnya dia juga beberapa kali menyandarkan kepalanya ke bahuku yang besarnya tidak seberapa. Akan tetapi rasa berdebar itu baru muncul ketika dia tidur dipangkuanku, ketika dia hendak mengantarku pulang. Aku menjadi cemas, aku sedih, bahkan aku terpaksa berpura-pura tidur untuk menutupi kesedihan itu. Disaat itu aku mulai berpikir, kehadirannya mulai berarti. Ternyata aku tidak rela dan belum siap untuk meninggalkannya. Dalam perjalanan menuju bandara aku terbayang dengan kisah kami di Singapore yang tidak akan pernah kulupakan. Setibanya di bandara rasa gugup itu mula bertambah. Entah kenapa, ketika dia mengajakku berfoto untuk terakhir kali, aku merasa sangat gugup. Tiba-tiba aku merasakan ada perubahan dengan perasaan ini. Ah, jangan ngaco. Aku tidak mungkin menyukai nya seperti aku menyukai gadis lain. Dia itu keponakanku, dia itu bagian dari keluarga. Tidak mungkin aku mengada-ngada. Begitulah aku mencoba meyakinkan diriku sendiri tentang perasaan aneh itu. Sampai akhirnya aku mendapat kabar dia telah meneteskan air mata untuk kepergianku. Jujur, ketika aku benar-benar berpisah darinya, aku seperti kehilangan setengah semangat hidup. Aku tidak seperti seseorang yang kembali kerumah, justru aku seperti orang yang baru saja meninggalkan rumah.
                        Entah bagaimana, perasaan kehilangan ini benar-benar menghantuiku. Tadinya kupikir dia hanya bercanda. Tapi setelah aku kembali ke layar komputer dirumah, aku melihat sendiri betapa sedihnya dia. Aku merasa bersalah karena sudah membuat dia sedih. Perasaan aneh ini membuatku terus bertanya. Seberapa pentingnya dia sampai-sampai aku tidak pernah berhenti memikirkannya?. Aku selalu berusaha melindungi diri dengan menganggap semua ini biasa saja. Akan tetapi, perasaan ini memang tidak bisa dibohongi. Ternyata benar kata orang, Kebersamaan itu akan mendatangkan cinta.
                        Aku terkejut dengan sikapnya yang aneh. Seumur hidup, bahkan ibuku saja tak pernah sesedih itu ketika aku meninggalkannya. Sungguh aku terharu dengan sikapnya. Bahkan berhasil menyentuh hatiku yang dalam. Aku yakin dia pasti menyimpan rasa yang tidak biasa. Sampai akhirnya kuberanikan diri untuk bertanya padanya. Awalnya dia tidak bisa menjawab, karena dia bingung dengan perasaannya sendiri. Kucoba untuk meyakinkannya. Aku berkata jujur. Ku luapkan semua yang kurasa. Hingga akhirnya dia tau bahwa sekarang aku tidak hanya menganggapnya sebagai bocah lagi. Dia telah menyalakan kembali api cinta yang sudah lama padam. Dia telah membuka pintu hatiku yang terkunci begitu lama. Akhirnya diapun mengakui bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama.
                        Posisiku sulit karena aku tau dia sudah menyayangi orang yang lebih pantas. Semua memang terlambat, mengapa tidak dari dulu? begitu sesalnya. Aku tawarkan pilihan. Meskipun sempat kebingungan namun dia sudah menjatuhkan pilihan yang bijaksana. Aku menghargai keputusan itu meskipun berat. (to be continued)
                         

Sabtu, 26 Februari 2011

3B (Bukan Bocah Biasa)


                        Sore itu, tak sengaja kubuka laman facebook ku yang tidak begitu ramai. Kupikir duduk berjam-jam dengan menghabiskan waktu di depan PC dengan teman- teman di dunia maya akan membantuku menghilangkan rasa suntuk yang selalu menghantui ketika itu. Perlahan ku mulai memberanikan diri menegur satu persatu nama-nama yang ada di daftar chat. woow, dari banyak nama hanya beberapa yang membalas, bahkan tidak sampai 3 orang. salah satunya adalah sobat lamaku, salah satu teman kecilku yang tak lain adalah keponakanku juga. kami sudah lama tak berkomunikasi, bahkan sejak aku memutuskan melanjutkan jenjang pendidikan di Kota kembang, Bandung, kami seperti orang yang tidak lagi saling mengenal.
                        Yasudah, aku tidak terlalu memikirkan berapa lama kami sudah tidak saling tegur dan bertukar informasi. Yang jelas sekarang kami kembali bertemu, meskipun cuma di dunia maya. kuawali pembicaraan dengan salam dan tentunya tidak lupa menanyakan bagaimana kabarnya. pembicaraan kami semakin asyik, dan komunikasi diantara kami mulai padu. aku pun menikmatinya dengan antusias, hingga akhirnya ku teringat dengan beberapa nama yang sudah lama tak kudengar. ya, dunia maya yang luas mendorong aku untuk membuka pikiranku yang sempit. dimanakah mereka? aku bertanya soal keluarga yang memutuskan pindah ke negeri jiran Malaysia. apakah salah satu dari mereka punya akun facebook yang bisa dihubungi? begitu lah ku layangkan spertanyaan dengan tingkat penasaran yang tinggi kepadanya. hmmm..dia meminta waktu sebentar untuk memeriksa daftar nama teman-temannya. dan akhirnya dia memberikan satu nama, salah satu dari mereka. aku pikir tadinya dia akan memberikan akun sepupunya yang memiliki umur yang tidak jauh berbeda dengan kami, namun dia cuma punya akun adik nya yang masih kecil, aku menyebutnya bocah dan aku pun mengirim undangan pertemanan ke akun facebooknya.
                        Hari berganti hari, aku melanjutkan tugasku sebagai mahasiswa. tiada hari tanpa tugas, dan tiada tugas tanpa browsing di dunia maya. Tugas-tugas kampus memaksaku kembali nongkrong di depan PC untuk mengumpulkan data-data dari berbagai sumber. heuuuhhh, duduk terlalu lama dan membolak balik laman google membuatku jenuh. Aku kembali ke laman facebook, dan memeriksa beranda. waah, ternyata gadis yang kusebut bocah itu sudah menerima undangan pertemananku. Aku cukup terkejut ketika memeriksa profilnya yang seadanya dan tidak begitu lengkap. ya aku kaget karena bocah itu tidak terlihat seperti bocah. umurnya masih 14 tahun, tapi perawakannya seperti orang yang lebih tua beberapa tahun. hmmmm..aku jadi teringat masa kecil, baru kemarin rasanya anak itu dilahirkan dan masih merengek-rengek. Seingatku dia bukan tipikal anak yang banyak bicara. yang terlihat dari wajah kanak-kanaknya hanya senyum dan sedikit tawa. namun sekarang, ketika waktu sudah berputar berkali-kali, disaat tahun demi tahun silih berganti, bocah itu pun terlihat makin  dewasa.
                        Aku pun tidak sungkan untuk menanyakan kabarnya. tapi tunggu dulu, aku sempat berpikir, apakah dia masih mengenalku? dan apakah dia akan melayani pertanyaanku dengan ramah? ya aku pikir tidak ada salahnya mencoba menyambung tali silaturrahmi yang sudah lama renggang. akhirnya kutulis sebuah kalimat sederhana sambil berharap bocah itu masih mengingatku sebagai salah satu bagian dari keluarganya.
                        Butuh beberapa hari untuk menunggu balasan dari si bocah. mungkin dia sibuk atau memang tidak terlalu suka berkomunikasi di dunia maya. Seperti biasa, ku melompat dari laman google ke beranda facebook. ku sisihkan waktuku untuk melihat balasan dari si bocah. dan ternyata dia membalas. Hmmm, apa yang kutakutkan sebelumnya tidak terjadi, aku terlalu khawatir hingga aku berprasangka buruk kepadanya. dengan bahasa yang sederhana dia mengatakan tidak mungkin dia bisa melupakan orang-orang dilingkungan keluarganya, syukurlah kalau begitu. Diakhir pembicaraan dia menyarankanku untuk membuat akun myspace. oh ternyata inilah alasan mengapa dia jarang terlihat di dunia facebook. Karena waktu itu di negaranya, facebook tidak lebih populer dibanding myspace. akupun membuat akun myspace dengan sedikit bimbingan dari dia, dari seorang bocah.
                        Setelah beberapa minggu aku semakin sering berkomunikasi dengannya. Kami semakin akrab, tawa canda selalu mewarnai hari-hari kami. tidak ada lagi bahasa-bahsa kaku dan rasa saling sungkan. Saling ejek diantara kami seperti kebutuhan, aku pun menikmatinya tanpa rasa bosan, hingga akhirnya dia menggelariku dengan sebuah panggilan yang lebih modern dan masa kini. sebelumnya dia memanggilku dengan panggilan klasik "mamak". begitulah orang tua kami mengajarkan. namun entah dasar pertimbangan apa bocah itu enggan memanggilku dengan sebutan itu. dia pun menyebutku daddy yang artinya ayah. hmm menurutku tidak masalah. Mungkin dia sudah merasa aku seperti ayah muda untuknya.
                        Awal tahun 2010, tepat di malam tahun baru. Aku melalui malam yang sangat menyedihkan, tidak ada teman yang mengajak keluar, mereka memutuskan untuk diam dikamar masing-masing. Begitupun aku, aku hanya mengurung diri dikamar sambil membolak balik laman google seperti biasa. Aku sangat beruntung, teman-teman facebook membuat malam sepi itu sedikit terlupakan. Salah satu temanku itu adalah si bocah. beberapa minggu terakhir dia mulai terlihat aktif di facebook, dan meninggalkan myspacenya yang beranjak sepi. Seperti biasa kami melalui waktu dengan oborolan-obrolan yang tidak terlalu jelas, tidak penting memang, tapi jujur kehadiran dia benar-benar membuatku tidak merasa sepi lagi malam itu. malam itu terasa lebih lama, hingga pergantian tahun datang, kami masih melanjutkan obrolan. Tidak hanya lewat dunia maya, tapi juga berlanjut ke SMS hingga akhirnya kami tutup malam tahun baru itu dengan perasaan yang lebih baik.
                        Ibarat air laut yang mengalami pasang surut, komunikasi kami juga demikian. Ternyata tidak selamanya aku merasa nyaman dekat dengan bocah itu. Harus kuakui kehadiran seorang wanita yang kucintai membuatku mulai melupakan dia. Aku tidak terlalu menggubris dia seperti biasa. Fokus ku hanya kutujukan untuk mengejar wanita idamanku ketika itu. Sampai hari ini aku tidak tau apakah dia merasa diabaikan atau tidak. Yang kuliat waktu itu responnya biasa saja, tidak ada tanda-tanda kecewa dari sikapnya.
                        Betapa egoisnya aku. Demi seorang wanita yang belum tentu  mencintaiku, aku tinggalkan seorang gadis belia yang selama ini menemani hari-hari sepiku. Memang bocah itu adalah keponakanku, tapi siapapun dia yang pasti dia sudah membuat hari-hariku menjadi lebih baik. Sebuah pengakuan yang terlambat. Yasudahlah, ternyata benar wanita yang kukejar itu memang tidak mencintaiku, dia lebih cocok dijadikan sahabat dan hingga sekarang pun kami masih bersahabat dan menjaga komunikasi dengan baik.
                        Kisah cintaku tidak berhenti disitu, beberapa hari menjelang hari istimewa dimana aku dinobatkan sebagai sarjana aku temukan seorang yang sangat berarti menurutku ketika itu. kami pun membuat ikrar dan menjalaninya selama 2 bulan sampai akhirnya sebuah kejadian pahit  memisahkan kami. Disaat itu aku nyaris kehilangan kontak dengan si bocah, hubungan kami jadi biasa-biasa saja, tidak sedekat dulu, dimalam pergantian tahun itu.
                        Aku kembali menjadi diriku yang sepi, hanya teman-teman yang meramaikan hidupku, tidak ada sosok yang spesial yang mengisi slot kosong dihatiku. kulanjutkan hari demi hari dengan semangat baru. Semangat menjadi seorang desainer interior yang tak kenal lelah. Sudah lama ku tidak mendengar kabar si bocah, dia jarang terlihat. praktis hanya sesekali menegur lewat pesan singkat, dan terkadang menyapa di Yahoo Messenger.
                        Kisah ini berlanjut hingga pertengahan tahun 2010. Disaat demam World cup mengguncang dunia. Ketika itu Spanyol mengguncang dunia dengan memboyong trofi untuk pertama kali. Loh apa hubungannya World cup dengan kisah si bocah? hmm ternyata panggung piala dunia kembali membuka komunikasi diantara kami. Tiba-tiba dia kembali muncul dengan topik hangat seputar piala dunia. Tim tango jagoan si bocah memang tidak bisa berbuat banyak di turnamen ini, tapi karena itu aku jadi tau ternyata si bocah punya hobby yang sama denganku, sama-sama mencintai si kulit bundar. Kami pun saling ejek dan bertahan dengan jagoan masing-masing, hingga akhirnya Argentina menyerah 1-4 dari Jerman. Saat itu itu aku benar-benar puas meledekinya. Hmmm. aroma saling ejek diantara kami kembali terasa. Tentu saja saling ejek disini bukan bermaksud merendahkan tapi sekedar untuk mengakrabkan diri.
                        Kebiasaan ini terus berlanjut hingga ramadhan tiba. Aku tidak tau sejak kapan dia kembali ke tanah air. Tiba-tiba saja malam itu dia mengirim pesan singkat, salah satu cara untuk menghilangkan rasa suntuk selama tinggal di kampung halaman. Aku tidak terlalu memikirkan sms itu, dan akupun membalas alakadarnya. Seolah aku tidak begitu antusias dengan kepulangannya. Entah kenapa, padahal dulu aku begitu dekat, tapi ketika dia benar-benar dekat reaksiku justru biasa-biasa saja. hmmm mungkin karena aku pikir dia sama saja dengan keponakan-keponakan ku yang lain, tidak ada yang spesial darinya. Perasaan biasa-biasa saja itu masih tertanam dijiwaku hingga Lebaran datang. Kami sekeluarga turut menghadiri Halal bi halal di rumah neneknya. Aku datang, aku melihatnya dari kejauhan, aku diam, begitupun dia. tidak ada satupun kata-kata yang keluar hingga akhirnya aku pulang.
                        Setibanya dirumah, telepon genggamku bergetar, ternyata ada sms masuk. Aku pun menyempatkan diri untuk melihat dan membaca smsnya. Eh, ternyata si bocah. Dia cuma bilang kalau tadi dia melihatku dari kejauhan, dia melihatku dari balik jendela. badanku terlihat lebih kurus, namun tetap tampan. begitu ungkap dia dengan kalimat yang sederhana. Timbul rasa menyesal karena kami tidak sempat berkomunikasi langsung. Tapi itu tidak terlalu menjadi soal, karena rasa menyesal itu hanya mampir sesaat. Ya mungkin karena aku masih menganggap dia biasa saja, tidak ada yang spesial darinya.
                        Malam itu, masih dalam suasana lebaran, aku duduk di depan beranda rumah dengan seorang sobat lama. Kami saling bertukar cerita dan ketika itu tiba-tiba serombongan orang datang. Aku pikir siapa, eh ternyata si bocah dengan keluarganya yang lengkap bertamu ke rumah kami. Seketika itu  sobat lamaku pamit pulang, dan aku pun masuk untuk menerima kedatangan mereka. Ketika turun dari kendraan roda empatnya, si bocah langsung mengulurkan tangan untuk bersalaman. Kusambut salam itu dengan dingin, dan dia pun mengeluarkan sebuah kata bernada mengejek. Ya begitulah kami, saling ejek sudah seperti kebutuhan. Aku tidak berkomentar dan langsung mengajak yang lain untuk masuk.
                        Setibanya didalam, orang-orang tua kami pun saling bercerita. Melepas rindu dan saling bertukar pikiran. Disaat itu aku dan si bocah tidak terlibat sebagai pembicara. Kami hanya menyaksikan para tetua berbicara. Masih sama dengan sebelumnya, perasaan ku masih biasa-biasa saja. Kami tidak terlihat seperti orang yang akrab. Padahal di dunia maya kami tampak begitu akur dan akrab. Namun itu tidak berlanjut di dunia sebenarnya. Mungkin rasa malu diantara kami yag menjadi penghalang. Ah sudahlah, aku tidak terlalu memikirkannya. Malam semakin larut dan mereka pun pulang. Seperti kejadian sebelumnya, dia kembali mengirim sms dan mengomentari apa-apa saja yang terjadi ketika kami bertemu sebelumnya. Hmmm ternyata aku dan dia cuma akrab di dunia maya, dan menjadi acuh tak acuh ketika saling bertemu. Bulan pun berganti dan dia kembali ke tanah kelahirannya. Semenjak itu pula aku memutuskan tetap di rumah dan tidak kembali lagi ke Pulau Jawa.
                        Sejak itu, aku semakin sering dirumah. Dengan sebuah modem dan PC, aku melanjutkan hari demi hari. Bermain dan bekerja, selalu ditemani dunia maya, dan tentunya si bocah yang semakin tidak pantas disebut bocah. Kedekatan kami mulai merapat, bahkan lebih dekat dari biasanya. Ini tak lepas dari rutinitas kami yang tidak bisa lepas dari dunia maya. Setiap hari bahkan setiap jam, aku menghabiskan waktu bersamanya. Aku semakin menikmati dan semakin nyaman. Kedekatan kami ini seringkali disalah artikan oleh banyak teman-temanku. Tadinya aku tidak suka jika ada yang menyebut kami menjalin hubungan spesial. Aku selalu mengelak karena kenyataannya memang demikian.
                        Rutinitas ini terus berlanjut hingga akhir tahun. Di penghujung tahun kedekatanku mulai terbagi dengan keponakanku yang lain yang tak lain adalah kakak kandung si bocah. Si mata sayu, begitulah aku memanggilnya. Sudah lama aku mencari-cari dia. Tapi baru sekarang dia mulai aktif di dunia maya. Aku pun senang bisa berkomunikasi dengannya. Pada akhirnya kedekatakanku dengan si bocah kembali merenggang. Diperparah lagi dengan hadirnya Piala AFF, hubungan kami merenggang. Ya, dua negara kami adalah rival abadi. Saling ejek antar pendukung menyulut emosi aku dan si bocah. tapi kejadian itu tak berlangsung lama hingga kami saling memaafkan.
                        Aku mulai menemukan kejanggalan dari sikap si bocah. Terlepas dari dia punya kekasih atau bukan, ternyata dia memiliki perasaan tidak rela jika aku mengabaikannya. Aku tidak menyadari itu. Aku hanya ingin menghabiskan waktu dengan si mata sayu karena ada beberapa hal penting yang harus dibicarakan. Akan tetapi kedekatan ini mulai menimbulkan kesalah pahaman. Kebetulan disaat si bocah ada, aku selalu menghilang. Sungguh aku tidak merencanakan itu. Masalah jaringan yang membuatku malas untuk membuka facebook ditengah malam. Alhasil aku seperti menghindar dari dia. Hal ini berlangsung beberapa hari. Ketika aku punya kesempatan untuk menyapa, si bocah terlihat seperti menutup diri dengan alasan sibuk. Perasaanku tidak enak, hingga akhirnya aku bertanya baik-baik mengapa dia berubah. Dia tidak langsung menjawab. Dia selalu mengelak dan mengatakan semua berjalan normal. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan katanya. "aku sedikit sibuk." begitu ungkapnya. Aku tidak puas dengan jawaban itu dan terus berusaha mencari tau. Akhirnya dia angkat bicara. Dia kecewa karena akhir-akhir ini aku sering mengabaikannya dan lebih mementingkan yang lain. Aku minta maaf dan dia pun memaafkannya.
                        Sekarang aku sadar. Memang aku tidak spesial, tapi kehadiranku sangat berarti di dalam hidupnya. Rasa kehilangan memang menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan. Namun dengan kejadian itu pula aku diingatkan untuk selalu menjaga perasaannya. Tentunya perasaan seorang keponakan dengan pamannya. Siapapun dia, siapapun bocah itu, dia telah menjadi bagian yang paling penting dalam perjalanan hidupku. Dia selalu hadir sebagai teman disaat aku butuh teman. Dia tiba-tiba menjelma seperti seorang sahabat ketika aku merindukan sesosok sahabat. Dan terkadang dia menjadi pembeda diantara yang lain, menjadi yang pondasi paling kokoh didasar hati yang paling dalam, menerangi ruang hatiku yang gelap, dan selalu meneteskan kebahagian tak kenal lelah. (to be continued)
                       

Selasa, 22 Februari 2011

Start buruk bukan berarti tidak bisa finnish dengan baik


Hidup, entah itu rintangan atau sebuah jalan keluar, tidak terjadi dengan sendirinya. Semuanya berawal dari permulaan. Orang-orang medis menyebut itu sebagai sebuah kelahiran, sedangkan di istilah matematika awalan biasa dilambangkan dengan angka 0 atau 1, selalu dimulai dari angka terkecil dari semua bilangan. Ibarat sebuah balapan, hidup ini dimulai ketika bendera bercorak hitam-putih dikibarkan tepat di garis start. Semua memiliki kesempatan yang sama dan dimulai dari garis yang sama!!. Begitu juga ketika kita memulai sebuah kehidupan.